Pernahkah kita menyaksikan, melihat, memandang ketika
Fajar menyingsing di pagi hari? Kemudian matahari pagi pun terbit diiringi bunyi margasatwa yang saling bersahutan. Suasana pagi yang begitu nyaman sekali. Pemandangan yang begitu indah sekali.
Kemudian matahari tadi akan tenggelam. Maka berakhirlah waktu siang dan tibanya waktu malam. kemudian perhatikan dimalam hari berjuta bintang bertebaran di angkasa. Kemudian pandanglah pula bulan purnama yang sinarnya terang benderang menyinari bumi.
Pandang juga gunung-gunung yang tinggi menjulang, jurang-jurang yang curam, pohon-pohon besar yang rimbun serta sawah ladang yang hijau subur dan bukankah udara pun terasa amat sejuk?
Betapa indahnya pemandangan alam, betapa indahnya tanah air kelahiran kita, betapa indahnya bumi dan langit dan apa yang berada di antaranya. Saudaraku, bukankah keindahan dan kehebatan alam itu menunjukkan betapa Agung-Nya Tuhan yang menciptakannya?
Begitu pula betapa besar kekuasan Tuhan yang mengatur dan memeliharanya? Dengan menikmati keindahan alam ini merupakan cara yang terbaik untuk kita mempercayai akan adanya Tuhan serta menyakini akan sifat-sifat kesempurnaan-Nya.
Firman Allah SWT ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di lautan membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah keringnya. Dia sebarkan di bumi itu segala jenis haiwan, pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sesungguhnya yang demikian itu menjadi bukti keEsaan dan Kebesaran Allah bagi yang mau berfikir.”
(QS. Al-Baqarah : 164)
Alam itu ciptaanNya, ertinya apa yang ada selain Allah dan alam diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia. Kerana itu dalam kitab suci Al-Qur’an Allah disebut juga Rabbul ’Alamin , artinya Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta. Kadang-kadang juga alam ini disebutkan dengan ungkapan : Bumi dan langit dan apa yang berada di antaranya. Dengan demikian alam semesta ini adalah makhluk ertinya yang diciptakan Oleh Tuhan sedangkan Allah itu sebagai Khaliq atau Penciptanya.
Perhatikan Firman Allah SWT :
”Katakanlah, Allah itu pencipta alam segala sesuatu. Dialah yang maha Esa dan Maha perkasa.” (QS. Ar-Ra’du : 16 )
Di antara makhluk Allah yang beraneka ragam itu, manusia diciptakan oleh
Allah sebagai makhluk-Nya yang paling mulia.
Sebagaimana Firman-Nya :
”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik.”
(QS. At-Tin : 3)
Sementara bumi yang ditempati oleh manusia atau seluruh alam sekitar
itu diciptakan oleh Allah untuk kepentingan hidup manusia sebab
manusialah yang dijadikan oleh Allah sebagai penguasa di bumi ini.
Kembali perhatikan Firman Allah SWT :
”Dan Allah menjadikan apa yang adadi dalam bumi ini untuk kepentingan manusia.” (QS. Al-Baqarah : 29)
Allah SWT telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling mulia, sedangkan bumi dan seisinya atau alam sekitar itu diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia. Karena itu segala apa yang ada di dalam bumi ini hendaklah diolah, diatur bukan di rosakkan dandipelihara oleh manusia dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia. Segala apa yang berada di dalam perut bumi ataupun yang tumbuh dan berada di atas, juga segala apa yang terdapat dalam lautan, baik yang berupa tumbuhan ataupun bintang adalah untuk dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Manusia sebagai penguasa / khalifah di bumi ini mentadbir alam sebagai bekal untuk mengabdi dan berbakti kepada Allah SWT.
Imam Abu Hanifah pernah ditanya oleh sekumpulan manusia mengenai bukti kewujudan Tuhan yang Maha Pencipta. Beliau menjawab,"Aku sedang berfikir mengenai sebuah kapal di laut yang sarat dengan muatan dan barang dagangan tetapi yang peliknya kapal ini tidak ada nakhoda dan anak-anak kapal. Ia belayar ke sana ke mari dan menyelesaikan masalah dengan sendirinya."
Mereka yang mendengar perkataan Imam Abu Hanifah ini terus berkata, "Ini adalah suatu kisah gila yang tidak masuk akal." Imam Abu Hanifah menjawab,"Kamu menganggap orang yang mengatakan kapal dapat belayar dengan sendirinya adalah seorang gila. Bagaimana pula dengan golongan yang mengatakan, alam ini yang begitu halus dan tersusun kejadiannya, terjadi dengan sendirinya tanpa pencipta dan pengurus?" Golongan yang menemui Imam Abu Hanifah itu tergamam dan akhirnya memeluk Islam.
Imam Abu Hanifah pernah ditanya oleh sekumpulan manusia mengenai bukti kewujudan Tuhan yang Maha Pencipta. Beliau menjawab,"Aku sedang berfikir mengenai sebuah kapal di laut yang sarat dengan muatan dan barang dagangan tetapi yang peliknya kapal ini tidak ada nakhoda dan anak-anak kapal. Ia belayar ke sana ke mari dan menyelesaikan masalah dengan sendirinya."
Mereka yang mendengar perkataan Imam Abu Hanifah ini terus berkata, "Ini adalah suatu kisah gila yang tidak masuk akal." Imam Abu Hanifah menjawab,"Kamu menganggap orang yang mengatakan kapal dapat belayar dengan sendirinya adalah seorang gila. Bagaimana pula dengan golongan yang mengatakan, alam ini yang begitu halus dan tersusun kejadiannya, terjadi dengan sendirinya tanpa pencipta dan pengurus?" Golongan yang menemui Imam Abu Hanifah itu tergamam dan akhirnya memeluk Islam.
No comments:
Post a Comment